SESEH HERITAGE
Quality Classics Don't Go Out Style
Quality Classics Don't Go Out Style
Motif Tas Seseh Heritage
Motif Lubeng menyerupai bintang di langit, berwarna merah, hitam, dan putih, serta didampingi dengan motif kalajengking yang menyimbulkan empat arah mata angin yg dijaga oleh kalajengking. Motif ini adalah motif yang menjadi dasar simbol desa Tenganan Pagringsingan yang mempunyai makna bahwa di Desa Tenganan Penggringsingan ada 4 pintu masuk dari segala arah. Kepercayaan orang Desa Tenganan Penggringsingan sendiri tentang motif ini adalah jika sesuatu yang buruk datang dari arah Timur maka akan hilang ke arah Barat dan sebaliknya.
Motif Idup Panak dari Tenganan Pegringsingan melambangkan kehidupan baru yang lahir dari sisa, karena kain ini ditenun dari benang sisa Gringsing. Secara filosofis, ia menggambarkan keberlanjutan hidup dan keseimbangan alam, bahwa tidak ada yang benar-benar berakhir semua memiliki peran dan makna. Warna merah, putih, dan hitamnya mencerminkan Tri Datu, simbol kekuatan penciptaan, kemurnian, dan perlindungan. Melalui kesederhanaannya, Idup Panak mengajarkan nilai keikhlasan, kesabaran, dan penghargaan terhadap kehidupan dalam setiap proses kecil yang dilakukan dengan niat baik.
Motif Cemplong pada kain gringsing berbentuk bunga. Dalam budaya Tenganan Pengringsingan, bunga merupakan sarana penting dalam upacara adat dan keagamaan. Secara visual, motif ini menampilkan bunga besar di tengah yang dikelilingi oleh bunga-bunga kecil. Keberadaan bunga besar tersebut menciptakan ruang kosong yang secara simbolis diisi oleh kekuatan perlindungan.Filosofi motif cemplong mengingatkan manusia untuk selalu menjaga keseimbangan hidup antara sesama manusia, dengan alam, dan dengan Tuhan agar terhindar dari segala kemalangan.
Motif Cakra melambangkan roda kehidupan atau cakra manggilingan, yang merepresentasikan perputaran waktu, dari kelahiran, kehidupan, hingga kematian. Selain itu, bentuknya yang menyerupai roda dengan delapan jari-jari melambangkan keseimbangan alam semesta dan kekuatan yang melindunginya. Secara mitologis, cakra adalah senjata suci milik Dewa Wisnu, Dewa pemelihara alam semesta. Oleh karena itu, kain dengan motif cakra dipercaya dapat berfungsi sebagai pelindung atau penolak bala, yang melindungi pemakainya dari energi negatif dan segala hal buruk. Singkatnya, motif cakra adalah simbol perlindungan, keseimbangan, dan kesadaran akan siklus kehidupan.
Motif Cecempaka dalam kain tenun Gringsing tidak sekadar menjadi hiasan visual, melainkan merepresentasikan keindahan yang sakral dan abadi, layaknya bunga cempaka yang mekar. Bunga cempaka, dalam konteks ini, merupakan perwujudan motif flora yang sarat akan makna filososfi yang mengandung arti pentingnya pelestarian alam dan segala isinya. Secara mendalam, hal ini mencerminkan hubungan erat, harmonis, dan spiritual masyarakat Desa Tenganan Pagringsingan dengan alam sekitar mereka, sekaligus menegaskan keyakinan akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem sebagai wujud ketaatan pada leluhur dan manifestasi dari konsep Tri Hita Karana.